PSIKOLOGI TRANSPERSONAL TASAWUF PSIKOTERAPI

Sabtu, 10 Desember 2011

HATI ITU ADALAH RAJA

Hati, menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya yang berjudul Syarb ‘Aja’ib Al Qalb (terj: Keajaiban-keajaiban Hati), bermakna sebagai sepotong ‘daging’ berbentuk buah pohon cemara yang terletak di bagian kiri dada, didalamnya terdapat rongga berisi darah hitam. Makna kedua, hati merupakan sebuah lathifah (sesuatu yang amat halus dan lembut dan tidak kasat mata, tidak berupa, dan tidak dapat diraba) yang bersifat rabbani ruhani. Lathifah tersebut sesungguhnya adalah jati diri manusia atau hakikatnya. Dia adalah bagian utama manusia yang berpotensi mencerap, yang mengetahui dan mengenal, yang ditujukan kepadanya segala macam pembicaraan dan penilaian, dan yang dikecam serta yang dimintai pertanggungjawaban.
Berkaitan dengan makna kedua, hati yang merupakan lathifah sejatinya mempunyai “bala tentara”. Lho… “bala tentara”?!
Tenang… “Bala tentara” disini bukanlah ibarat pasukan Small Soldiers yang berjiwa Rambo, melainkan bala tentara yang bersifat lahiriah dan batiniah.
Bala tentara yang bersifat lahiriah, jelas Imam Al-Ghazali, terdiri dari semua anggota tubuhnya mulai dari kepala sampai kakinya. Bala tentara yang satu ini bergerak dan berderap berdasarkan ghadhab (emosi) yang berada di dalam hatinya. Sementara, bala tentara yang bersifat batiniah terdiri dari gadhab dan syahwah (ambisi) serta ilmu, tafakur, dan hikmah.
Dari kedua jenis tentara itu, Al-Ghazali memisalkan bahwa jiwa atau hati manusia ibarat seorang raja di pusat negara dan kerajaannya. Ini mengingat bahwa tubuh merupakan pusat merupakan pusat kerajaan bagi jiwa, juga dunianya dan kota tempat tinggalnya. Sedangkan anggota-anggota tubuhnya serta segala daya dan potensi dirinya adalah ibarat teknisi dan pekerja. Akal pikirannya merupakan penasihat yang tulus merangkap sebagai menteri yang pandai dan berakal. Sedangkan syahwah-nya ibarat seorang budak yang buruk perilakunya, yang tugasnya adalah mengangkut makanan dan barang-barang keperluan ke dalam kota. Sementara gadhab-nya serta naluri pembelaan dirinya yang bersemangat, ibarat petugas kepolisian. Budak yang bertugas menyediakan barang-barang tadi adalah juga seorang pendusta jahat yang berpura-pura sebagai penasihat, padahal di balik nasihatnya tersembunyi kejahatan besar, serta racun yang mematikan. Dengan watak dan tabiatnya yang buruk itu, ia senantiasa berupaya melawan si mentri yang tulus dalam pemikiran maupun peraturan-peraturan yang dibuatnya. Sedemikian rupa sehingga tak sesaat pun berlalu tanpa gangguan yang ditujukan kepadanya. Maka jika si raja senantiasa mendengarkan nasihat menterinya yang pandai dan tulus itu (yakni akal sehatnya) dalam pengelolaan negerinya, sementara ia tak sedikit pun menghiraukan apa yang diucapkan oleh si budak jahat (yakni syahwah-nya). Karena menyadari bahwa kebenaran justru terletak pada pemikiran yang berlawanan pada keinginan si budak, maka ia akan memerintahkan aparat kepolisiannya (yakni gadhab-nya) untuk menangani tingkah laku kejahatan si budak, dengan mendidiknya sebaik mungkin agar ia bersedia tunduk dan patuh pada kebijaksanaan sang menteri. Di samping itu, ia senantiasa waspada terhadap ulah si budak serta orang-orang yang menjadi pengikutnya atau kawan-kawannya sehingga mereka ini menjadi kelompok yang dikendalikan, diperintah, dan diatur. Jika seperti itu keadaannya, maka negeri itu akan menjadi makmur dan teratur dan keadilan pun akan dapat ditegakkan dengan baik.
Begitu pula jiwa manusia, sepanjang ia menggunakan bantuan akal sehat, dan mampu mengendalikan sifat gadhab (emosi)-nya, lalu memberinya kekuasaan atas syahwah (ambisi)-nya, kemudian menguasakan yang satu atas yang lain demi mencapai kestabilan. Yaitu dengan cara kadang-kadang mengurangi kadar gadhab dan gejolaknya, dengan membiarkan adanya perlawanan dari syahwah, atau dengan cara menariknya secara perlahan-lahan dan bijaksana. Atau di waktu yang lain, melakukan upaya represif terhadap syahwah-nya itu dengan memerintahkan kepada sifat gadhab agar melakukan pengekangan dan penekakanan kuat terhadapnya. Dengan demikian diharapkan akan timbul keseimbangan serta perilaku yang terpuji. Tanpa upaya-upaya seperti itu, ia akan menjadi seperti dalam firman ALLAH SWT,
“Tidakkah kaulihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, sementara ALLAH membiarkannya sesat…” (QS Al-Jatsiah [45]:23).
Sekarang pertanyaannya, beranikah kita untuk memberi perintah kepada para “tentara hati” kita ??? Kalau kita Istiqomah, kenapa tidak !!!
Semoga bermaanfaat ! Wallahualam Bissawab…

SPIRITUALISME ISLAM

Agama islam adalah ajaran Allah yang disampaikan melalui RasulNya Muhammad saw ,berisi  tentang aturan hidup  kehidupan dan penghidupan dunia dan akhirat.Menurut  Syeikh Hasan Al Banna: Islam adalah sistem  universal yang mencakup seluruh dimensi kehidupan selanjutnya beliau menegaskan bahwa Islam adalah sistem nilai yang sempurna mengatur  seluruh persoalan hidup.Ia memberi fatwa  dalam segala urusan.Agama Islam meletakan sistem yang lengkap dan terperinci.Agama ini selalu memberikan penyelesaian atas problematik kehidupan dan menawarkan aturan aturan yang sangat diperlukan untuk kemslahatan manusia.(Tarbiyah ruhiyah ; Said hawa)
……. وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَاناً لِّكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ -٨٩-
“……..Dan KAMI turunkan kepadamu al Qur’an untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmad dan kabar gembira bagi orang orang yang berserah diri.”(An nhl 16:89).
“Menjelaskan segala sesuatu: menunjukan bahwa alqur’an  dapat menjawab semua persoalan kehidupan manusia.jawaban alquran bisa diperoleh langsung dari alquran ,bisa melalui perkataan,tindakan dan persetujuan nabi,juga bisa melalui ijtihat yang sesuai dengan semangat zaman
Diriwayatkan dari Umar bin khatab :
Ketka kami sedang dengan rosulullah datanglah seorang yang berpakaian putih bersih dan berambut hitam kelam,tak nampak padanya bekas perjalanan jauh,namun tak satupun kami mengenalnya.lalu orang itu duduk mengahadap nabi sehingga  kedua lututnya bersentuhan dengan lutut nabi,bahkan ia meletakakn kedua telapak tanganya di paha nabi,alalu berkata:”Wahai muhammad jelaskan padaku tentang islam”.Rasulullah pun menjelaskan;ISLAM adalah :
1.      Kesaksian tiada Tuhan selain ALLAH dan MUHMMAD Utasan ALLAH
2.      Shalat
3.      Zakat
4.      Puasa
5.      Haji ( jika mampu)
lalu orang itu berkata:”Benar engkau”,kamipun terheran heran,dia yang bertanya dia pula yang membenarkan.Lalu orang itu bertanya lagi:”Jelaskan kepadaku tentang IMAN.Rasulpun menjelaskan :”IMAN adalah percaya akan:
1.      Allah
2.      Malaikat MalaikatNya
3.      Kitab KitabNya
4.      Rasul RasulNya
5.      Hari akhir
6.      Taqdir baik dan Buruk
Lalu orang itu berkata:”Benar engkau”.Sekarang jelaskan padaku tentang IKHSAN.Rasulpun menjelaskan:IKHSAN adalah:
Dalam ibadahmu engkau seakan akan melihat ALLAH,dan kalaupun engkau tidak melihat Allah engkau merasa sedang dilihat ALLAH.
Lalu  orang itu berkata:”Benar engkau”.Sekarang jelaskan padaku tentang KIAMAT,Rasul menjawab:”Orang yang ditanya tidaklah lebih tahu dari yang bertanya!.Kata orang itu:”Kalau begitu jelaskan tanda tandanya’.Rasulpun menjelaskan:”Tanda kiamat adalah:akan engkau jumpai sahaya wanita melahirkan tuannya,dan akan engkau lihat orang orang bertelanjang kaki dan badan,miskin,para pengembala kambing,sama bermegagah megahan didalam gedung”.Lalu orang itu bertolak pergi.Aku terheran heran.
Lalu Rosulullah berkata:’Hai Umar , tahukah kau siapa orang yang datang bertanya?”,Aku menjawab:”Allah dan RasulNyalah yang lebih tahu”Rasul berkata:”Dia adalah Jibril,datang untuk mengajarimu tentang agamammu (HR Muslim).
Pokok ajaran agama islam yang diajarkan jibril meliputi:ISLAM IMAN dan IKHSAN,ketiganya merupakan pondasi Tripot penopang Agama islam ketika satu diantaranya hilang berarti tidaklah tegak agama itu dan berarti kesempurnaan agama Islam ditopang ketiga landasan tersebut.
Sayangnya yang populer di sebagian kaum musliman Cuma Islam (rukun) Iman(rukun) bagaimana denga Ikhsan.?
Dari hadits yang panjang itu dapat digaris bawahi bahwa beban syariat yang diperintahkan kepada manusia dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu hukum hukum yang berkaitan dengan   amal  lahiriah ( exsoteris) : dan amal amal yang berhubungan dengan hati manusia ( isoteris /spiritual  ).Syeikh abdul Qadir Isa ,mengatakan amal amal kategori kedua yaitu yang berhubungan dengan hati adalah titik tolak dari amal amal lahiriah.Rusaknya amal batin mengakibatkan rusaknya amal amal lahiriah
Oleh karena itu menjadi seorang muslim  yang beriman haruslah mengamalkan semua ajarannya baik yang amal amal lahir ( exoteris ) dan juga amal amal bathin.dengan demikian insya Allah pancaran amal amal tersebut dapat menolong dan menjawab semua persoalan hidup manusia.Target utama seorang muslim haruslah sampai pada tataran Ikhsan seperti yang diajarkan Allah melalui jibril kepada Muhammad S.a.w dan umatnya.Pelajaran tentang amal islam telah dirangkum dalam ilmu fiqih, ajaran dan amal iman dituangkan dalam ilmu tauhid.lalu dimanakah pelajaran tentang Ikhsan dirangkum ? Inilah yang sering dilupakan kita.
Kata Ihksan dalam kamus tasawuf diartikan ;kebajikan,baik sekali,menjadi sesuatu indah atau keindahan spiritual.Ihsan adalah unsur ke tiga dari pengertian agama islam,yaitu iman ( keyakinan ), amal perbutan ( islam ) dan kebajikan ( ihsan ), ikhsan diartikan beribadah dengan penuh kehadliran dan kesadaran seperti seorang yang benar benar melihat Tuhan,bisa juga diartikan merenungkan dan memikirkan Allah dalam segala hal dan disetiap saat ( kamus tasawuf 82).
Tataran ikhsan berarti dalam diri kita telah ada rasa seolah melihat Tuhan dan jika kita tak melihat Tuhan Tuhan yang selalu mengawasi gerak gerik kita.Tataran ini tidak mungkin timbul dengan sendirinya tanpa mengamalkan Islam dan Iman dalam trilogi ajaran islam. Ajaran ajaran nabi Muhammad s.a.w memiliki tiga demensi; demensi iman ,islam dan ikhsan.Tasawuf merupkan implementasi demensi ikhsan.istilah tasawuf pada masa Rasulullah belum digunakan,tetapi secara subtansi telah dilaksanakan.pada perkembangan selanjutnya dimensi islam melahirkan ilmu syarit atau fiqih,dari dimensi  yang mengandung unsur iman kepada Allah.iman kepada malaikat,rosul dan kitabnya, hari qiyamat dan iman kepada takdir melahirkan ilmu kalam ( teologi islam) dan dimensi ikhsan pada giliranya melahirkan ilmu tasawuf, ( eksiklopedia tasawuf,2008)
Tasawuf adalah ilmu yang merangkum tentang perjalanan ( ruhani ) menuju pendakian kepuncak Ikhsan,sayannya para ulama memperdebatkan dan sebagian malah menuduh tasawuf  bukan bagian dari islam bahkan penyelewengan Islam.wallahu a’lam
Kitab kitab tasawuf umumnya ada yang membahas  ucapan ucapan para sufi, sejarah ,dan ajaranya,namun secara garis besar pokok pembahasan tasawuf adalah Ruh,Jiwa, hati dan akal.menurut syeikh said Hawa  ilmu tasawuf membahas aspek pendalaman dari akidah,aspek bathin dari masalah fiqih,dan hakekat amal yang ada dalam alquran dan assunah serta upaya untuk menggali secara tuntas perjalan ruhiyah dalam mencapai tahapan islam.Iman ,ihsan,takwa syukur dan sterusnya.
Pembahasan tema tema itu ditempuh melalui dua  jalan; secara teoritis dan praktek ( suluk).inilah pokok pembahasan intisari dari ilmu tasawuf ( said hawa ;Tarbiyatuna Aruhiah)

Kamis, 01 Desember 2011

PROFIL MEDITASI DI INDONESIA


Meditasi adalah Praktik relaksasi yang melibatkan pengosongan pikiran dari semua hal yang menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam hidup kita sehari-hari. Maknaharfiah meditasi adalah kegiatan mengunyah-unyah atau membolak-balik dalam pikiran, memikirkan, merenungkan. Arti definisinya, meditasi adalah kegiatan mental terstruktur, dilakukan selama jangka waktu tertentu, untuk menganalisis, menarik kesimpulan, dan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menyikapi, menentukan tindakan atau penyelesaian masalah pribadi, hidup, dan perilaku. Dengan kata lain, meditasi melepaskan kita dari penderitaan pemikiran baik dan buruk yang sangat subjektif yang secaraproporsional berhubungan langsung dengan kelekatan kita terhadap pikiran dan penilaian tertentu.Kita mulai paham bahwa hidup merupakan serangkaian pemikiran, penilaian, dan pelepasan subjektif yang tiada habisnya yang secara intuitif mulai kita lepaskan.Dalam keadaan pikiran yang bebas dari aktivitas berpikir, ternyata manusia tidak mati, tidak jugapingsan, dan tetap sadar.Guru terbaik untuk meditasi adalah pengalaman.Tidak ada guru, seminar, atau buku-buku meditasi yang dapat mengajarkan secara pasti bagaimana seharusnya kita melakukan hidup bermeditasi.Setiap orang dapat secara bebas memberikan nilai-nilai tersendiri tentang arti meditasi bagi kehidupannya. Oleh karena hanya dengan mempraktekkan meditasi dalam hidup, orang bisa merasakan manfaat suatu perjalanan meditasi. Ada banyak arti tentang meditasi, di antaranya adalah:
  • Meditasi adalah jalan untuk masuk dalam kesadaran jiwa.
  • Meditasi adalah jalan untuk introspeksi diri.
  • Meditasi adalah jalan untuk berkomunikasi dengan sang pencipta.
  • Meditasi adalah jalan untuk mengubah hidup anda.
  • Meditasi adalah jalan untuk meraih ketenangan batin
Istilah meditasi berasal dari bahasa Cina yaitu Chan atau Chan’na. Yaitu satu filsafat yang mengajarkan untuk diam (Filsafat Diam). Akar chan berasal dari agama Buddha. Ketika Buddha masuk ke Cina pada tahun 334-520 Masehi, terjadi peleburan antara ajaran-ajaran Buddha dengan ajaran-ajaran Cina yang sudah lebih dahulu ada. Chan sebagai cabang agama Buddha sangat berkembang pesat di Cina, dengan banyak menggunakan konsep-konsep ajaran klasik Cina, di antaranya Dao. Para biarawan Buddha mengartikan Dao sebagai jalan menuju nirwana. Pada awal penyebarannya, para Budhis Cina disebut daoren (manusia Dao). Sedangkan pohon Bodhi tempat Sidharta Gautama bersemadi dan mendapat pencerahan disebut Daoshu (pohon Dao). Ajaran ini masuk ke Indonesia berbarengan dengan masuknya agama budha. Pada mulanya, dia hanya menjadi amalan-amalan para biksu dan pendeta.

Meditasi merupakan amalan yang tertutup sampai pada pertengahan abad ke-20, ketika Eropa mengalami krisis spiritual. Ditengah cengkraman kejenuhan, mereka mencoba mencari sesuatu yang bisa mengatasi rasa haus yang ada dalam jiwa mereka. Sebagian dari mereka menggunakan dzat-dzat psikedik untuk memperoleh ketengan bathin. Sebagaian yang lain pergi ke dunia timur dan belajar meditasi dan yoga ke dataran cina dan india.

Ajaran Mistisme di beberapa agama juga menekankan kepada upaya perenungan dan prilaku diam. Di Islam dikenal dengan istilah dzkir al-qalb, muhasabah dan lain-lain.
Perkembangan ajaran meditasi di Indonesia, berjalan dengan cukup baik. Banyak buku-buku tentang meditasi dan yoga yang di terbitkan. Anand Krisna (terlepas dari kontrofersi yang menimpanya) adalah salah satu penulis yang giat mengkampanyekan meditasi dan yoga. Meditasi juga mendapat dukungan dari masyarakat. Selain untuk bertujuan emberi ketenangan bathin, meditasi semakin digemari masyarakat karena dipercaya bisa memulihkan kesehatan, mengobati penyakit, peremajaan kulit dan mempercantik fisik dan psikis seseorang.

Pada perkembangan selanjutnya, selain mendapat dukungan, meditasi juga menuai protes dari kalangan umat beragama. Ia dilarang karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama, misalnya Islam. Namun tokoh-tokoh moderat dari kalangan agama tersebut membolehkan praktek meditasi dengan membuang unsur-unsur yang bisa membawa kepada bid’ah, dosa dan kemusyrikan (seperti mantra-mantra) dan menambahkan unsure-unsur agama (seperti dzikir dan do’a). Menurut mereka, meditasi boleh dilakukan selama tidak menyalahi nilai-nilai Keislaman.

PENGALAMAN SPIRITUAL

Pengalaman spiritual yaitu suatu hal yang dialami seseorang dalam benak pikirannya yang terjadi di bawah alam sadarnya jauh dari kenyataan sebenarnya dan itu sebagai pertanda bahwa dirinya kini telah berhalusinasi dengan sempurna sehingga sang pencipta membuat dirinya menjadi seseorang yang patut untuk mendapatkan pengalaman tersebut.

Seseorang yang mengalami hal secara spiritual biasanya memeliki kepridaian yang cenderung kuat terhadap hal tersebut atau bahkan trauma akan hal yang telah meracuni dirinya sehingga ia menjadi penakut yang berkepanjangan apabila menemukan hal yang serupa menhampiri dirinya kelak di lain waktu.

Pengalaman spiritual tidak begitu saja diberikan oleh sang kuasa untuk seseorang dan melebihi kemampuan seseorang untuk mengatur bagaimana hal demikian bisa menimpa dirinya sebagai pengalaman yang tidak biasa. Banyak seseorang mencari pengalaman spiritual bukan begitu saja bahkan untuk menjadikan dirinya lebih dari sebelumnya. Karena pengalaman spiritual tidak selalu dialami oleh oran dewasa tapi bisa dialami oleh anak di bwah umur bahkan bukan hanya dari kaum muslim akan tetapi bisa dialami oleh kaum non muslim.

Jadi pengalaman spiritual yang dialami seseorang seharusnya dapat menjadikan dirinya menjadi lebih spiritual karena Allah SWT tidak semata – mata memberikan pegalaman tersebut tnpa maksud dan tujuan tertentu.

AGAMA DAN PSIKOLOGI TRANSPERSONAL

A. AGAMA
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll.

Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu:
  • menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan
  • menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

B. PSIKOLOGI TRANSPERSONAL
Menurut Tart (1993), Psikologi Transpersonal merupakan kekuatan keempat dalam psikologi yang dikembangkan dari psikologi humanistik pada tahun 1960-an. “Trans” berasal dari akar kata Latin yang berarti melewati, melewati “persona”, topeng sosial, diri (self) dan pribadi.Sementara itu, Daniels (2007) menjelaskan bahwa Psikologi Transpersonal merupakan cabang psikologi yang memusatkan perhatiannya pada studi tentang bagian dan proses tentang pengalaman mendalam atau perasaan yang luas tentang siapa dirinya atau sensasi yang besar terhadap koneksitas dengan orang lain, alam atau dimensi spiritual. Kata transpersonal berarti melewati personal atau pribadi. Salah satu asumsi dalam psikologi transpersonal adalah bahwa pengalaman transpersonal meliputi suatu kesadaran yang lebih tinggi dimana self atau ego mengalami proses transendensi.

Davis (2007) menempatkan posisi Psikologi Transpersonal di antara psikologi dan pengalaman spiritual. Psikologi Transpersonal merupakan bidang psikologi yang mengintegrasikan konsep, teori dan metode psikologis dengan bidang spiritual. Sebagaimana yang dikemukakan Daniels, Davis juga mengatakan bahwa konsep utama dari Psikologi Transpersonal adalah transendensi diri atau suatu sensasi terhadap identitas yang mendalam, meluas dan menyatu dengan segalanya. Akar kata dari transpersonal atau melewati topeng mengacu pada kondisi transendensi diri tersebut.
Guralnik (dalam Brown, 2001) menyebutkan bahwa kata “trans” dalam bahasa Latin berarti “di sisi lain” seperti terwujud dalam kata transatlantic atau “di atas dan melewati” seperti pada kata transendensi. Sedangkan “persona” dalam bahasa Latin berarti “topeng”. Kata personality diturunkan dari terminologi topeng tersebut dan mengacu pada suatu kualitas perilaku yang diekspresikan melalui aktivitas fisik dan mental serta sikap. Psikologi Transpersonal menurut Brown (2001) berusaha membantu seseorang untuk mengeksplorasi tingkat energi dan melewati kesadaran (awareness) atau sisi lain dari topeng dan pola-pola kepribadian.

Psikologi Transpersonal bersifat longgar dan menerima masukan tentang permasalahan spiritual, baik dari tradisi kebijaksanaan dunia spiritual maupun psikologi modern. Tradisi dunia spiritual meliputi Hinduisme, Budhisme dan Taoisme maupun dari agama Yahudi, Kristen dan Islam. Psikologi Transpersonal ingin menciptakan sintesis dari kedua jawaban di atas (Cortright, 1997 dalam Adi, 2002).
Rueffler (1995) mengatakan bahwa akar kata dari transpersonal diambil dari bahasa Latin “trans” yang berarti “melewati”, “melebihi” dan “persona” yang berarti “topeng”. Jadi, singkatnya Psikologi Transpersonal adalah ekspresi dari jiwa yang melewati dan melampau topeng.
Lebih lanjut Vaughn (dalam Rueffler, 1995) mengatakan bahwa pada saat ini, Psikologi Transpersonal memberikan model dari seluruh spektrum perkembangan kesadaran yang menjadi jembatan antara aliran-aliran psikologis dan aliran-aliran spiritual. Bidang ini menjadi sesuatu yang menarik bagi orang-orang yang ingin menumbuhkan spiritualitasnya dan mengembangkan kesehatan psikologisnya dengan kualitas tinggi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Psikologi Transpersonal merupakan kekuatan keempat dalam bidang psikologi yang menjembatani antara psikologi dan spiritual dimana memusatkan perhatiannya pada studi tentang bagian dan proses tentang pengalaman mendalam atau perasaan yang luas tentang siapa dirinya atau sensasi yang besar terhadap koneksitas dengan orang lain, alam atau dimensi spiritual dan berusaha membantu seseorang untuk mengeksplorasi tingkat energi dan melewati kesadaran (awareness) atau sisi lain dari topeng dan pola-pola kepribadian.

C. HUBUNGAN ANTARA AGAMA DENGAN PSIKOLOGI TRANSPERSONAL

a. Psikologi Transpersonal
Ken Wilber melihat bahwa psikologi, psikoterapi, filsafat dan tradisi spiritual tidak perlu bersaing dan saling menyingkirkan. Kita harus bisa melihat semuanya berada dalam spektrum kesadaran dan pengalaman yang berbeda.

Menurutnya, manusia bergerak dari tahap prapersonal ke personal lantas transpersonal. Pada tiap tahap yang baru manusia senantiasa mengintegrasikan ciri-ciri “kepribadian” tahap sebelumnya. Untuk kasus sains dan agama, sudah tiba saatnya keduanya untuk berinterasi.

Tokoh yang juga tak bisa diabaikan dalam pendirian aliran ini adalah Anthony Suttich, Abraham Maslow, Stanislav Grof, dan Victor Frankl yang dari pertemuan mereka istilah transpersonal ini lahir.
a. Empat asumsi dasar dari psikologi ini adalah:
  1.  pendekatan kepada penyembuhan dan pertumbuhan yang menyentuh semua tingkat spectrum identitas: prapersonal, personal, dan transpersonal;
  2. mengakui terurainya kesadaran diri terapis serta pandangan dunia spiritualnya sebagai hal yang utama dalam membentuk sifat proses dan hasil terapi;
  3. kebangkitan (awakening) dari identitas kecil menuju identitas yang lebih besar;
  4. membantu proses kebangkitan dengan teknik-teknik yang mempertajam intuisi dan memperdalam kesadaran personal dan transpersonal tentang diri. Hal ini mengantar pada apa yang sekarang lazim dikenal sebagai intervensi spiritual dalam psikoterapi.Maka, sekarang, psikolog tampaknya harus mengerti agama dan agamawan harus belajar psikologi.
b. Posmodernisme

Ken Wilber memberi catatan tentang hubungan sains dan agama dalam bentuk 5 situasi:
  1. Sains menolak keabsahan agama. Kaum positivis dan empiris menjadi pendukung utamanya: Comte, Freud, Marx, Bertrand Russel. Bagi mereka, agama patologi bagi kepribadian yang dewasa;
  2. Agama menolak keabsahan sains. Bentuk reaksi kaum fundamentalis terhadap modernitas yang mencemoohkan agama sebagai fantasi anak-anak;
  3. Sains hanyalah salah satu diantara beberapa cara mengetahui yang abash, dan karenanya keduanya bisa berkoeksistensi secara damai. Mistikus Kristen seperti St. Bonaventure dan Hugh dari St. Victor pernah menjelaskan 3 macam mata: eye of flesh (yang beri pengetahuan empiris / sains), eye of mind (yang beri pengetahuan rasional: logika dan matematika), dan eye of contemplation (yang beri pengetahuan ruhaniah / gnosis). Argument ini biasa disebut pluralisme epistemologis. Wilber menyatakan: mata daging bersifat monologis, mata jiwa bersifat dialogis, dan mata kontemplatif bersifat translogis;
  4. Sains menawarkan “plausibility arguments” tentang eksistensi ruh (spirit). Sebagai variasi pluralisme epistemologis, ketika sains sampai pada rahasia terdalam dunia fisik, mereka menemukan fakta dan data yang tampaknya menuntut perlunya mengikutsertakan Maha-intelegensi yang berada di luar wilayah material. Dalam bahasa Sir James Jeans, “in the mind of some eternal Spirits“;
  5. Sains itu sendiri bukanlah pengetahuan tentang dunia, tetapi hanyalah penafsiran tentang dunia, dan karena itu dari segi keabsahan, sains tidak lebih dan tidak kurang dari puisi dan seni. Inilah yang menurut Wilber esensi dari posmodernisme. Dunia baginya tidak dipersepsi, tetapi hanya ditafsirkan. Berbagai penafsiran sama-sama absah untuk memahami dunia. Sains tidak menawarkan “kebenaran”, tetapi hanya prasangka favorit yang dipaksakan secara sewenang-wenang. Klaim sains dan agama sama-sama dihancurkan, manusia dilemparkan dalam jurang relativisme.
c. Bentuk-bentuk Interaksi Psikologi dan Agama

Jones menyebut 3 model interaksi psikologi dan agama:
  1. Kritis-evaluatis. Teori-teori psikologi dikaji secara kritis apakah tidak bertentangan dengan keyakinan agamanya. Jadi, psikologi diletakkan di bawah mikroskop agama;
  2. Konstruktif. Agama membantu psikolog untuk melihat dunia dengan cara yang baru, membentuk persepsi baru tentang data dan teori. Ajaran agama tidak menjadi sumber data untuk mengevaluasi teori, tetapi menjadi “kacamata” yang mempengaruhi apa yang kita lihat sebagai data atau yang kita rumuskan sebagai teori;
  3. Dialogis dan dialektis. Disini, psikologi tidak memaksa agama mengikuti jalan yang dikehendakinya, sebaliknya agama tidak memaksa sains untuk tunduk pada kehendaknya. Agama harus membantu psikologi memberi perspektif yang berbeda. Psikologi harus membantu agama melihat kehidupan yang berbasiskan pengalaman empiris.
Jones menyatakan: “Kesediaan dialogis dengan agama menyiratkan kesediaan ilmuwan dan professional untuk mendalami teologi dan filsafat. Serta kesediaan teolog dan filosof untuk mendalami sains dan memahami profesi”.

Selasa, 25 Oktober 2011

kesadaran dan tingkatannya

Kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan. Sadar artinya merasa, tau atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan mengerti, misalnya , rakyat telah sadar akan politik. Kesadaran merupakan suatu yang dimiliki oleh manusia dan tidak ada pada ciptaan Tuhan yang lain. Kesadara yang dimiliki oleh Manusia merupakan bentuk unik dimana ia dapat menempatkan diri manusia sesuai dengan yang diyakininya. Refleksi merupakan bentuk dari penggungkapan kesadaran, dimana ia dapat memberikan atau bertahan dalam situasi dan kondisi tertentu dalam lingkungan. Setiap teori yang dihasilkan oleh seorang merupakan refleksi tetang realitas dan manusia. Manusia dalam melahirkan cinta untuk semua merupakan jawaban untuk eksistensi manusia yang membutuhkan rasa dan sayang dari yang lain. Begitupula, tetang kesadaran merupakan sangat berkaitan dengan manusia bahkan yang membedakan manusia dengan binatang. Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Manusia dengan dikaruniahi akal budi merpakan mahluk hidup yang sadar dengan drinya. Kesadaran yang dimiliki oleh manusia kesadaran dalam diri, akan diri sesama, masa silam, dan kemungkinan masa depannya. Manusia memiliki kesadaran akan dirinya sebagai entitas yang terpisah serta memiliki kesadaran akan jangka hidup yang pendek, akan fakta ia dilahirkan di luar kemauannya dan akan mati di luar keinginannya. Kesadaran manusia ia akan mati mendahului orang-orang yang disayanginya, atau sebaliknya bahwa yang ia cintai akan mendahuluimya , kesadran akan kesendirian, keterpisahan, akan kelelamahan dalam menghadapi kekuatan alam dan masyarakat. Semuanya kenyataan itu membuat keterpisahan manusia, eksistensi tak bersatunya sebgai penjara yang tak terperikan. Manusia akan menjadi gila bila tak dapat melepaskan diri dari penjara tersebut. ( Erich fromm, The Art of Love)

Kesadaran menurut Sartre berifat itensional dan tidak dapat dipisahkan di dunia. Kesadaran tidak sama dengan benda-benda. Kesadaran selalu terarah pada etre en sio (ada-begitu-saja) atau berhadapan dengannya. Situasi dimana kesadaran berhadapan oleh Sartre disebut etre pour soi (ada-bagi-dirinya). Bahwa kesadaran saya akan sesuatu juga menyatakan adanya perbedaan antara saya dan sesuatu itu. Saya tidak sama dengan sesuatu yang saya sadari ada jarak antara saya dengan objek yang saya lihat. Misalkan entre pour soi menunjuk pada manusia atau kesadaran. Manusia adalah eter pour soi sebab ia tidak persis menjadi satu dengan dirinya sendiri. Tiadanya identitas manusiadengan dirinya sendiri memungkinkan manusia untuk melampaui, untuk mengatasi dirinya dan menghubungkan benda-benda dengan dirinya sesuai dengan yang dimaksud dan tujuannya. Ketidak identikan manusia dengan dirinya sendiri tampak dalam kesadaran yang ditandai oleh regativitas, penidakan. Negativitas menunjukan bahwa terhadap etre pour soi atau kesadaran hanya dikatan it is not what it is. Maka kesadaran disini merupakan non identitas, jarak, distansi. Kegiatan hakiki kesadaran merupakan menindak, mengatakan tidak. Etre por soi tidak lain dari pada menindak atau menampilkan ketiadaan. Kebebasan bagi Sartre merupakan kesadaran menindak, dan manusi sendiri merupakan kebebasan. Pada manusialah itu eksistensi itu mendahului esensi, sebab manusia selalu berhadapan dengan kemungkinan untuk mengatakan tidak. Selama manusia masih hidup ia bebas untuk mengatakan tidak, baru setelah kematian maka cirri-ciri hidupnya dapat dibeberkan. (Alex Lanur, Pengantar dalam “Kata-Kata”)

Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi danIntegrasi. Meskipun secara kronologis perkembangan kesadaran manusia berlangsung pada tiga tahap; sensansi (pengindraan), perrseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian). Secara epistemology dasar dari segala pengetahuan manusia tahap perseptual. Sensasi tidak begitu saja disimpan di dalam ingatan manusia, dan manusia tidak mengalami sensasi murni yang terisolasi. Sejauh yang dapat diketahui pengalaman indrawi seorang bayi merupakan kekacauan yang tidak terdeferensiasikan. Kesadaran yang terdiskreminasi pada tingkatan persep. Persep merupakan sekelompok sensasi yang secara otomatis terimpandan dintgrasikan oleh otak dari suatu organisme yang hidup. Dalam bentuk persep inilah, manusia memahami fakta dan memahami realitas. Persep buka sensasi, merupakan yang tersajikan yang tertentu (the given) yang jelas pada dirinya sendiri (the self evidence). Pengetahuan tentang sensasi sebagai bagian komponen dari persep tidak langsung diperoleh mnusia jauh kemudian, merupakan penemuan ilmiah, penemuan konseptual

TINGKAT KESADARAN
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
  1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
  2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
  3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
  4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
  5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
  6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala. Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).

Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.

transendental meditation


Pengertian Meditasi
Perkataan Meditasi itu sendiri diserap dari bahasa Latin, meditatio yang berarti merenungkan dan juga berakar dari kata Mederi (kesehatan) dari kata ini pula diserap kata medisin. Jadi jelas meditasi itu sebenarnya baik bagi kesehatan. Dalam bahasa Indonesia, Meditasi, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu. Jadi bermeditasi adalah memusatkan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu, tetapi kata meditasi itu lebih dikenal dengan nama samedi yang diserap dari bahasa Sansekerta, samadhi yang juga disebut dhyana atau pranayama. Samedi itu artinya meditasi dalam bahasa Sangsekerta atau dalam bahasa Ibrani = hagah. Dalam Alkitab bahasa Inggris perkataan tsb diterjemahkan sebagai Meditation.

Sedangkan pengertian meditasi dalam kamus Cambridge International Dictionary of English, adalah:
Meditate is to think seriously (about something), esp. for a long time · if you meditate, you give your attention to one thing, and do not think about anything else, usually as a religious activity or as way calming or relaxing your mind. Meditation is serious thought or study, or the product of this activity. Meditation is also the act of giving your attention to only one thing, either as a religious activity or as a way of becoming calm and relaxed: prayer and meditation.

Kata ‘meditasi’ [meditation] didefinisikan sebagai “praktek berpikir secara mendalam dalam keheningan, terutama untuk alasan keagamaan atau untuk membuat batin tenang.” (Oxford Advanced Learner’s Dictionary). Dalam kamus yang bersifat umum ini, ‘meditasi’ dianggap sebagai proses ‘berpikir’. Ini hampir sama dengan ‘kontemplasi’ yang didefinisikan secara persis sama. Tetapi kalau dikaji secara lebih mendalam dan dipraktekkan, akan ternyata bahwa di dalam ‘meditasi’ justru proses berpikir berhenti untuk sementara.
Pada dasarnya, ‘meditasi’ adalah “pemusatan perhatian pada suatu obyek batin secara terus-menerus.” Memang ada obyek-obyek meditasi tertentu yang berupa pikiran atau ide/konsep, sehingga terjadi tumpang tindih dan tidak dapat dibedakan secara tegas antara ‘meditasi’ dan ‘kontemplasi’.

Dengan demikian, meditasi adalah cara lain untuk memahami diri, yang berbeda dengan introspeksi. Justru pemahaman yang diperoleh dari meditasi jauh lebih tepat dan sesuai dengan keadaan sebenarnya dibandingkan dengan pemahaman dari introspeksi yang dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan pikiran yang tidak disadari sehingga memberikan hasil yang bias. Di samping itu,pemahaman diri yang diperoleh dari meditasi bersifat transformatif (mengubah), oleh karena pemahaman itu melibatkan seluruh aspek diri (kognitif, afektif, volisional, dsb). Di lain pihak, pemahaman melalui introspeksi kebanyakan hanya bersifat kognitif saja, sehingga biasanya tidak banyak perubahan yang terjadi.

Ada juga yang memberi pengertian bahwa meditasi yang sering kita dengar mempunyai pengertian yaitu: sikap menenangkan pikiran dengan cara-cara tertentu di mana pikiran kita sampai menemukan sensasi-sensasi sehingga menimbulkan rasa damai dalam hati untuk mencapai ketenangan jiwa (ruhani). Dan ada juga yang mengartikan bahwa meditasi adalah sebuah pelatihan yang menggunakan pikiran untuk tujuan mengatur pikiran dengan usaha kita. Meditasi dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang mengakibatkan hubungan erat beberapa orang dengan Tuhan. Kita meditasi pada yang abstrak, tidak berbentuk, tidak bernama. Karena Yang Tertinggi tidak mempunyai bentuk dan tidak mempunyai nama, tidak juga mempunyai kwalitas atau lambang-lambang.

Perbedaan Konsentrasi dan Meditasi
Terdapat perbedaan jelas antara konsentrasi dan meditasi, meskipun keduanya dalam pelaksanaannya berhubungan. Pengertian konsentrasi ialah untuk memahami dan menguasai pikiran-perasaan sehingga ia tidak lagi menanggapi dengan kacau terhadap suatu peristiwa. Latihan-latihan konsentrasi adalah suatu pendidikan kembali mengenai tekniknya pikiran-rendah, sehingga ia menurut perintahnya sang Pribadi, dan menghentikan sifatnya yang bergerak kian kemari dan tidak menentu. Atau dengan kata lain, konsentrasi adalah sebuah upaya keras (baca: dipaksa) untuk memusatkan pada sesuatu, hal ini dianggap bukanlah bagian/tahapan meditasi.

Sedangkan tujuan meditasi ialah melatih pikiran, dalam keadaan tenang, dan beristirahat/ berhenti pada pokok yang dipilih, lebih baik pada hal yang mengandung arti yang dalam dan rohaniah, sehingga pokok-caranya dapat membukakan kesadaran yang sedang bermeditasi akan arti makna yang lebih luas dan dalam.

Dalam ajaran Budha terdapat sebuah tahapan meditasi, yaitu Dharana yang berarti pemusatan perhatian tanpa paksaan. Pemusatan perhatian tidaklah berarti anda kosong. Sebagaimana namanya pemusatan perhatian, perhatian anda tertunjukkan pada sesuatu. Tidak dianjurkan bagi anda untuk berada dalam keadaan kosong seratus persen karena ini mungkin dapat membiarkan masuknya kekuatan dari luar yang dapat mengganggu. Meditasi tingkat tinggi biasanya mengajarkan untuk memusatkan perhatian ke cakra mahkota untuk menerima lebih banyak kekuatan spiritual, atau ke antara alis mata untuk membangkitkan mata spiritual, ataupun ke cakra jantung untuk memberikan lebih banyak kekuatan kepada roh. Jadi, tidaklah kosong sama sekali.


Didalam fenomena meditasi transendental pemusatan fikiran dengan mengulang-mengulang suatu gambaran pikiran tertentu atau makna suatu keyakinan (dzikir, mantra) memiliki nilai besar bagi orang yang melakukannya. Hal ini akan menghantarkannya pada angan-angan atau gambaran yang sangat dalam dan pada konsep-konsep baru tentang sesuatu objek pikir atau meditasi, lalu naik pada tingkatan bayangan dan gambatran yang paling dan sulit didapat dalam kehidupan rutin yang terbatas. Oleh karena itu pengalaman ini disebut meditasi transendental.

Pada mulanya tafakkur, meditasi transendental berlaku universal, pengalaman-pengalaman serta pengaruh yang dirasakanannya sama, apakah itu metode yang yang digagas oleh hindu, budha, kristen dan islam. Diantaranya yang dilakukan dalam meditasi ialah, pengosongan pikiran dan melupakan segala keruwetan dalam benak yang dapat mengganggu proses meditasi dan konsentrasi pada objek meditasi. Ia harus kembali mengonsentrasikan pikiran pada "apa" yang ia pilih sebagai objek pikiran dan meditasinya. Ia harus mengambil posisi duduk pasip yang rileks. Latihan ini harus selalu diulang-ulang, sehingga hari demi hari meditasi dan berfikirnya menjadi lebih dalam, badan terasa lebih ringan, fikiran menjadi bersih, jiwa menjadi sangat luas tak terbatas. Bersamaan dengan itu, hilang pula segala perasaan gelisah, sedih, galau, dan segala gangguan jasmani yang dirasakan sebelumnya.

Seorang mukmin akan mudah menemukan cara meditasi semacam ini, karena metode ini memiliki kesamaan yang jelas dengan proses tafakkur tenntang penciptaan langit dan bumi yang disertai dzikir dan bertasbih kepada objek yang maha tak terjangkau yaitu Allah, baik berdiri, duduk rileks, berbaring. Kesamaannya terletak pada upaya pengkonsentrasian pikiran pada objek tertentu, ada yang menggunakan patung, irama musik, roh suci, mantra-mantra suci, dan membayangkan wujud syekh atau guru pembimbing spiritual. tujuannya adalah upaya melepaskan atau menjauhkan dari pengaruh yang menggangu konsentrasi, keruwetan angan-angan fikiran, perasaan, ataupun kebisingan dan keramaian.

Keduanya juga sejalan dalam hal latihan,proses melihat dan mengulang kata-kata (dzikir), atau makna objek meditasi. Oleh karena, itu seseorang yang bertafakkur bertasbih, dan bermeditasi dapat menangkap makna dan pengetahuan baru yang sebelumnya tidak terlintas dalam hati. Keduanya mengunakan kedalaman tafakkur untuk membersihkan pengetahuan lahiriah dari belenggu penjara rutinitas kehidupan material menuju kebebasan menatap lepas keatas, menuju pengetahuan yang luas tak terbatas.

Kita akan berada di luar badan kecil ini, menjadi jiwa yang tidak terikat, mempunyai keluasan wujud dan kemampuan "melihat tanpa bola mata", "mendengar tanpa daun telinga" dan merasakan keuniversalam jiwa yang tak terbatas oleh waktu dan ruang. "Inilah jiwa" yang memiliki "watak" yang sama dengan jiwa-jiwa lainnya; dimana hal yang membedakan adalah " kemana akhir kembalinya jiwa"

Sabtu, 15 Oktober 2011

proses tranpormasi melalui transendensi dan imanesi

Proses  Transformasi Diri Melalui transendensi dan Imanensi
Ketika seorang manusia diciptakan, tercipta jugalah sebuah kaca yang tembus pandang. Kaca itu kemudian diberi bingkai kayu cendana yang kuat, lembut dan harum, dan dipakai untuk menghadirkan sebuah lukisan tentang sejarah eksistensi fana seorang manusia. Lalu digantunglah dia pada kodratnya, untuk menantikan cahaya yang bisa menjelaskan kembali hakekat keberadaaanya. Cahaya itu datang, menjelaskan bahwa ia adalah kaca yang tak menceritakan apa pun kecuali ketidakpastian dan kesementaraan. Cahaya itu hadir, menyiraminya, dan memberinya kesadaran bahwa ia sebetulnya bukan apa-apa, kecuali sebuah tragedi. Tetapi cahaya itu juga berkeliaran rasa rindunya untuk menjadi cermin yang bening, tempat semesta bisa melihat dirinya, apa adanya. Sehingga ia dapat menemukan dirinya dalam semesta dan semesta dalam dirinya.
       Manusia adalah aku mineal, aku tumbuhan dan aku hewani yang padu. Aku mineral adalah diri manusia sebagai subyek yang memiliki konten dan suci, yang seperti materi, patuh total dan tanpa kehendak. Aku tumbuhan adalah diri manusia sebagai subyek yang menyantuni sekelilingnya. Sedangkan aku hewani dalah diri manusia sebagai subyek yang menjaga keberadaannya, baik secara ofensif maupun defensif. Maka pada hekekatnya, manusia mengandung sifat-sifat terbaik dari alam. Maka manusia harus didorong untuk melakukan transformasi kesadaraan, sehingga ia mampu merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari alam.Dari transformasi kesadaran ini, ia akan menyadari ahwa sebetulnya fitrah dirinya adalah jujur ​​mengungkapkan diri apa adanya, sebagaimana alam yang senantiasa jujur ​​pada dirinya. Maka manusia ahrus jujur ​​bahwa sesungguhnya ia adalah subyek yang memeliki konten, suci, santun terhadap sekelilingnya, dan menjaga keberadaan dirinya baik secara ofensif maupun defensif. Singkatnya, manusia harus jujur ​​terhadap nuraninya.
        Segera setelah kejujuran terhadap nuraninya itu menjadi kondisi dirinya, tiba-tiba saja, ia akan menemukan bahwa sebtulnya alam ada dalam dirinya. Dengan kejujuran berarti manusia telah mengimanensi alam dalam dirinya. Tetapi untuk dapat bersikap jujur, manusia membutuhkan orang lain sebagai tempatnya membaktikan kejujuran tersebut. Maka manusia embutuhkan orang lain bukan untuk dieksploitasi, tetpai untuk tempat berbakti. Dengan ini manusia mentransendensikan dirinya dari aku pribadi menjadi aku sosial, yang tak dapat berkembang tanpa melalui bakti kepada manusia lain. Manusia pun menemukan dirinya sebagai bagian dari masyarakat.
        Adalah sifat dasar dari aku sosial yang selalu merasa bahwa kesakitan orang lain adalah sakit dirinya. Adalah sifat dasar dari aku sosial yang selalu dapat merasakan penderitaan sesama manusia. Maka ketika seorang manusia menghikmati dirinya sebagai aku sosial, tiba-tiba ia akan menemukan bahwa masyarakat adalah bagaian dari dirinya. Terjadi jugalah proses imanensi masyarakat dalam dirinya.
         Kesadaran itu didapat melalui proses transformasi diri sekali lagi, yakni dalam bentuk pengalihan konsentrasi dari hal-hal maetrial kepada hal-hal yang spiritual. Pengalihan konsentrasi itu dilakukan melalui puasa secara takwa, sampai manusia menemukan bahwa dirinya ternyata ada dalam kehendak Allah belaka (proses transendensi manusia terhadap kehendak Allah). Berbeda dengan pandangan umum, puasa bukanlah pelemahan diri manusia. Sebaliknya, jika dilakukan secara ikhlas, puasa adalah intitusi yang menyebabkan seseorang dapat memantulkan seluruh kehendak Allah sampai jauh melampaui kemampuan fisiknya. Dan jika seseorang telah menemukan bahwa sesungguhnya yang berada dalam dirinya adalah kehendak Allah belaka (prses imanensi iradah / kehendak Allah dalam diri).

Selasa, 04 Oktober 2011

PENGERTIAN TRANSENDENSI

Transcendere, adalah bahasa latin transendensi yang artinya ‘naik keatas’. Dalam bahasa Inggris adalah to transcend yang artinya ‘menembus’,‘melewati’, ‘melampaui’. Menurut istilah artinya perjalanan di atas atau diluar. Yang dimaksud Kuntowijoyo adalah transendens i dalam istilahteologis, yakni bermakna ketuhanan, makhluk-makhluk gaib.Tujuan transendensi adalah untuk menambahkan dimensitransendental dalam kebudayaan, membersihkan diri dari arus hedonisme,materialisme, dan budaya yang dekaden. Dimensi transendental adalahbagian sah dari fitrah kemanusiaan sebagai bentuk persentuhan dengankebesaran Tuhan.Jika banyak yang sepakat bahwa abad ke-21 adalah peradabanpostmodernisme, maka salah satu ciri dari postmodernisme adalah semakin menguatnya spiritualisme, yang salah satu tandanya adalahdedifferentiation, yaitu agama akan menyatu kembali dengan ‘dunia’.Bagi umat Islam, dedifferentiation ini bukanlah hal yang baru,mengingat dalam Islam sendiri tidak meletakkan urusan akhirat tersendiri,dan urusan dunia terpisah sendiri juga. Bagi orang Islam, urusan dunia,eksistensi selama hidup di dunia akan mempengaruhi kehidupan akhiratkelak. Amal di dunia bukan hal yang sia-sia yang tidak akan pernahdiperhitungkan, tapi akan mendapatkan balasan di kehidupan akhirat. Olehkarena itu, menurut Kuntowijoyo, sudah selayaknya jika umat Islammeletakkan Allah SWT sebagai pemegang otoritas, Tuhan Yang MahaObyektif, dengan 99 Nama Indah itu.Jika manusai tidak menerima Tuhan sebagai otoritas, maka akantampak: 1) relativisme penuh, dimana nilai dan norma seepnuhnya adalahurusan pribadi, 2) nilai bergantung pada masyarakat, sehingga nilai darigolongan yang dominan akan menguasai, dan 3) nilai bergantung padakondisi biologis, sehingga Darwinisme sosial, egoisme, kompetisi, danagresivitas adalah nilai- nilai kebajikan (1968: 87-88). Dalam paparan di atas, nilai-nilai humanisasi dan liberasi harusbertitik pangkal dari nilai- nilai transendensi. Kerja kemanusiaan dan kerjapembebasan harus didasarkan pada nilai-nilai keimanan kepada Allah SWT.Nilai transendensi menghendaki umat Islam meletakkan posisi Allah SWTsebagai pemegang otoritas tertinggi. Dalam perspektif Roger Garaudy,sebagaimana dikutip M. Fahmi, transendensi menghendaki kita mengakuikeunggulan norma-norma mutlak yang melampaui akal manusia.Konsep transendensi Kuntowijoyo ini dalam pandangan penulissenada dengan konsep transendensi dari Hassan Hanafi. Hassan hanafimenyatakan bahwa transenden bukanlah keimanan yang simple tanpausaha, bukan juga sebuah penerang internal untuk keindahan spiritual danpengindahan mistik, tetapi ia adalah sebuah perjuangan permanen antaraakal dan keinginan, kebaikan dan kejahatan, persatuan dan perbedaan,perdamaian dan perselisihan, konstruksi dan destruksi, kehidupan dankematian. Para nabi pun masuk ke wilayah perjuangan politik, ekonomi,pendidikan, dan lainnya di masa lalu dengan berdasarkan pada nilai- nilaitransenden ini dengan landasan keimanan dan penyerahan total kepadaAllah SWT..
 
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2184313-pengertian-transendensi/